Kamis, 08 April 2010

BAHAN AJAR PROSES PENGOLAHAN LOGAM

BAHAN AJAR
PROSES PENGOLAHAN LOGAM


A. Mengenal Material dan Mineral
Material dapat berupa bahan logam dan non logam. Bahan logam ini terdiri dari logam ferro dan nonferro. Bahan logam ferro diantaranya besi, baja, dan besi cor, sedangkan logam nonferro (bukan besi) antara lain emas, perak, aluminium, tembaga, kuningan, dan timah putih . Bahan non logam dapat dibagi menjadi bahan organik (bahan yang berasal dari alam) dan bahan anorganik. Selain pengelompokan diatas, material juga dapat dikelompokkan berdasarkan unsur-unsur kimia, yaitu unsur logam, nonlogam dan metalloid. Dengan mengetahui unsur–unsur kimia ini, kita dapat menghasilkan logam yang kuat dan keras sesuai kebutuhan.

PTK Pengaruh Bengkel Thd Motivasi Belajar Siswa

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Tujuan Pendidikan Nasional telah digariskan dalam UUD 1945, yang dituangkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 (Pengganti UU No. 2 tahun 1989 ) yang menyatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan lanjutan pendidikan dasar, pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat ( ayat 1, 2, & 3 pasal VI UU No. 20 tahun 2003 ).

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Tujuan Pendidikan Nasional telah digariskan dalam UUD 1945, yang dituangkan dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 (Pengganti UU No. 2 tahun 1989 ) yang menyatakan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang berdemokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan merupakan lanjutan pendidikan dasar, pendidikan menengah terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah kejuruan. Pendidikan menengah berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), dan Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK) atau bentuk lain yang sederajat ( ayat 1, 2, & 3 pasal VI UU No. 20 tahun 2003 ).
Setiap satuan pendidikan formal dan non formal menyediakan sarana dan prasarana yang memenuhi keperluan pendidikan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan potensi fisik, kecenderungan, intelektual, sosial, emosional, dan kejiwaan peserta didik. Ketentuan mengenai penyediaan sarana dan prasarana pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diatur lebih lanjut dengan peraturan pemerintah ( ayat 1 & 2 pasal 45 Bab XII UU No. 20 tahun 2003 ).
Pendidikan merupakan salah satu perwujudan kebudayaan manusia yang dinamis dan syarat perkembangannya, karena itu perubahan atas perkembangan pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan budaya kehidupan. Perubahan dalam arti perbaikan pendidikan pada semua tingkat perlu terus menerus dilakukan sebagai antisifasi kepentingan masa depan. Pemikiran ini mengandung konsekuensi bahwa penyempurnaan atau perbaikan pendidikan menengah kejuruan untuk mengatasi dan tantangan masa depan selaras dengan perkembangan kebutuhan IPTEK (Drs. Tata Sasmita LPMP Jabar).
Hasil observasi empiris dilapangan mengindikasikan, bahwa sebagian besar lulusan SMK kurang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan IPTEK, sulit untuk dapat dilatih kembali dan kurang dapat mengembangkan diri. Temuan tersebut mengindikasikan bahwa pembelajaran di SMK belum banyak menyentuh dan mengembangkan kemampuan adaptasi peserta didik, studi tersebut juga menggambarkan bahwa sebagian lulusan SMK tidak dapat diserap dilapangan kerja, karena kompetensi yang mereka pilih belum sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Proses pembelajaran yang tidak efektif akan menghasilkan mutu akademik yang rendah dan pada akhirnya bermuara pada mutu sumber daya manusia yang rendah. Hal tersebut jawabannya ada pada guru, sarana prasarana dan media pembelajaran ( Drs. Tata Sasmita LPMP Jabar)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sebagai lembaga pendidikan yang mengembangkan bidang keahlian harus bertanggung jawab melaksanakan pendidikan untuk menghasilkan tenaga kerja tingkat menengah yang terampil memiliki kompetensi dan sikap profesional sesuai dengan bidang keahliannya. Untuk mrealisasikan hal tersebut, penyelenggaraan pembelajaran di SMK harus didukung oleh sarana pendidikan yang memadai dalam jenis dan jumlah sarana pendidikan yang ada, SMK yang mengakomodasi program keahlian harus dilengkapi dengan daftar kebutuhan terdiri dari kebutuhan ruang praktek, kebutuhan lahan, kebutuhan perabotan dan kebutuhan peralatan.
Bengkel (Laboratorium Praktek) merupakan sarana yang sangat penting yang harus dimiliki oleh SMK, karena sarana digunakan untuk melatih siswa mengerjakan job sheet ( lembar pekerjaan ) sesuai dengan jurusan yang dipilihnya, sehingga lulusan SMK memiliki kompetensi sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Adapun faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketidak kreatifan dan kurangnya motivasi siswa untuk belajar di ruang praktek, yaitu :
1. Kurang terawatnya ruangan praktek, dan kebutuhan mesin serta peralatan yang ada tidak sesuai dengan standar yang harus dimiliki SMK.
2. Jarangnya kegiatan praktek yang dilaksanakan guru karena keterbatasan dana sekolah untuk menyediakan bahan baku.
Berdasarkan uraian ditas penulis tertarik dengan kasus yang terjadi di ruang bengkel praktek SMK YPB Sukatani Purwakarta, sehingga penulis melakukan penelitian dengan judul “ Efektifitas Penggunaan Bengkel Pemesinan Terhadap Motivasi Belajar Siswa kelas 3 pada Mata Diklat Teknik Pemesinan SMK YPB Purwakarta” tahun pelajaran 2006/2007..


1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan timbul pertanyaan-pertanyaan berikut ini :
1. Apakah siswa akan betah berada di ruang praktek jika di ruang prakteknya tertata rapih dan bersih …..?
2. Apakah kompetensi siswa akan meningkat jika pengadaan peralatan sesuai dengan yang dibutuhkan … ?
3. Apakah akan lebih efektif jika ruang prakteknya berada di luar lingkungan sekolah …..?

1.3 Pembatasan Masalah
Pada penelitian ini dibatasi agar lebih terfokus, yaitu Pengaruh Laboratorium Praktikum Terhadap Kreativitas dan Motivasi Praktikum Siswa Pada Bidang Studi Menggunakan Mesin Bubut. Di Sekolah Menengah Kejuruan Kelas II Tahun Pelajaran 2005-2006.

1.4 Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka masalah yang diajukan pada penelitian ini adalah “ Apakah Pengaruh Laboratorium ( Ruangan ) Praktikum Terhadap Kreativitas Siswa akan berkurang …. ?



1.5 Tujuan dan Manfaat Penelitian
1.5.1 Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui cara perawatan ruangan, mesin dan peralatan
b. Untuk mengetahui kreativitas dan kedisiplinan siswa pada saat praktek berlangsung

1.5.2 Manfaat Penelitian
a. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kreativitas terhadap mata pelajaran praktikum.
b. Bagi guru, penelitian dapat dipakai sebagai salah satu barometer dalam melaksanakan pengajaran di ruang praktek
c. Bagi tool man, dapat dijadikan pelajaran bagaimana cara penyediaan alat dan bahan yang baik.

1.6 Kerangka Berfikir
Berdasarkan uraian hasil penelitian, apabila didalam ruangan praktek setelah kegiatan berlangsung kemudian diperiksa hasilnya dan dites langkah pengerjaannya maka akan terlihat hasil praktek siswa tersebut bervariasi. Sebagian siswa hasil pekerjaannya 90 % selesai dan sebagian siswa lagi hanya 50 %.
Hasil praktek tersebut membawa keuntungan bagi kedua belah pihak, bagi guru maupun bagi siswa. Bagi guru hasil praktek tersebut dapat digunakan untuk melihat sampai seberapa jauh kemampuan yang dimiliki siswa. Bagi siswa hasil praktek merupakan feed back atau balikan dalam mengintrospeksi diri dan untuk memperbaiki diri serta meningkatkan hasil kerja siswa yang mengalami kegagalan dalam praktek.

1.7 Metodologi Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini menggunakan metode atau pendekatan kualitatif. Berikutnya penelitian ini dapat diartikan sebagai penelitian yang berbentuk deskritif, karena berusaha menggambarkan dan mengungkapkan sebuah ruangan atau lab yang digunakan untuk praktikum siswa.
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan dan observasi. Studi kepustakaan dilakukan agar berbagai informasi dan data yang berkaitan dengan penelitian dapat diambil sebagai bahan referensi. Tinjauan kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan dan membaca buku-buku yang ada serta menjadi perpustakaan.
Oberservasi merupakan salah satu cara untuk mengumpulkan data melalui pengamatan terhadap suatu keadaan, situasi, peristiwa, kegiatan atau perilaku. Dalam hal ini peneliti langsung ke ruang praktek dan mengamati apa yang terjadi pada saat praktek berlangsung.





2. Jauhnya jarak antara lingkungan sekolah dengan Ruang Praktek
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ” Pengaruh Laboratorium Praktek Terhadap Kreativitas dan Motivasi Siswa pada Bidang Study Menggunakan Mesin Bubut ” di SMK YPB Sukatani Purwakarta kelas II Program Studi Teknik Pemesinan Tahun Ajaran 2005/2006.

1.2 Identifikasi Masalah
Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, timbul pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Apakah motivasi dan kreativitas siswa akan meningkat jika ruang prakteknya tertata rapih dan bersih ?
2. Apakah akan lebih efektif praktikum siswa jika ruang prakteknya berada di lingkungan sekolah ?
3. Upaya apa saja yang harus dilakukan oleh SMK supaya alumninya mempunyai keterampilan yang diakui oleh dunia kerja ?

1.3 Pembatasan Masalah
Penelitian ini dibatasi agar lebih terfokus yaitu Pengaruh Laboratorium Praktikum Terhadap Kreativitas dan Motivasi.